“Penelitian Pengembangan (Research and Development)”
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami
panjatkan kehadirat Allah SWT. berkat petunjuk dan karunia-Nyalah sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar dan tepat pada waktunya.
Makalah ini kami susun dengan singkat, padat dan jelas,
sesuai dengan konsep – konsep yang ada pada sumber referensi dan disajikan
dalam bentuk ringkasan, yang bertujuan agar dapat lebih mudah dimengerti oleh
pembaca.
Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, karena keterbatasan wawasan,
pengetahuan, pengalaman, dan kemampuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya kami mengharapkan semoga penulisan makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua untuk
dijadikan pedoman, acuan, maupun referensi.
Surabaya,
31 Oktober 2016
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Penelitian
terapan bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah praktis atau menghasilkan
produk baru. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan langsung oleh
orang-orang yang berkepentingan dengan penelitian tersebut. Neuman melalui
Mulyaningsih (2011: 51) mengemukakan bahwa dalam penelitian terapan, terdapat
empat macam jenis penelitian, yaitu Action Research, Experiment, Evaluation,
dan Research and Development. Makalah ini hanya akan memfokuskan pada Research
and Development (Penelitian R & D). Penelitian pengembangan berbeda dengan
Research and Development (penelitian dan pengembangan). Perbedaan tersebut
terletak pada research and development merupakan jenis penelitian yang
mengembangkan suatu produk ataupun menciptakan suatu produk yang berguna untuk
kemajuan bidang tertentu sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada masanya
sedangkan penelitian pengembangan tidak menghasilkan produk pada akhir
penelitiannya. Bila dibandingkan dengan bidang lainnya, kemajuan bidang pendidikan
dirasakan masih lambat. Gall and Borg (1983) menuding hal tersebut terjadi
karena kurangnya alokasian dana dan kurangnya peran research and development
(R&D). Oleh karena itulah R&D dianggap cukup tepat dalam mengembangkan
model-model pembelajaran guna perbaikan pendidikan selanjutnya. Untuk
memperoleh pengetahuan lebih terperinci mengenai R&D akan penjelasannya
dibahas pada bab selanjutnya.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa pengertian penelitian pengenmbangan (Research and development) ?
2.
Bagaimana motode
yang ada dalam penelitian pengenmbangan (Research
and development) ?
3.
Apa saja
model-model penelitian dalam penelitian pengenmbangan (Research and development) ?
4.
Bagaimana
prosedur dalam penelitian pengenmbangan (Research
and development) ?
C.
Tujuan Masalah
1. Mengetahui definisi dari penelitian pengenmbangan (Research and development)
2. Mengetahui metode yang ada dalam . penelitian
pengenmbangan (Research and development)
3. Mengetahui model-model penelitian pengenmbangan (Research and development)
4. Mengetahui prosedur dalam penelitian pengenmbangan (Research and development)
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Penelitian Pengembangan (Research and
Development)
Metode
penelitian penelitian dan pengembangan (Research and Development), yang disebut
juga sebagai research-based development, merupakan metode
penelitian yang mengembangkan produk baru dan menyempurnakan produk yang telah
ada. Produk yang dimaksud bersifat longitudinal ataupun bertahap.
Hal ini didukung oleh pendapat Sugiyono (2008: 407) yang
mendefinisikan metode penelitian dan pengembangan sebagai “metode penelitian
yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan
produk tersebut”. Lebih lanjut, Richey and Klein (2007) melalui Emzir (2012:
264), mendefinisikan R & D sebagai “the systematic study of design,
development and evaluation processes with the aim of establishing an empirical
basis for the creation of instructional and non-instructional products and
tools and new or enhanced models that govern their development”. R&D terdiri
dari siklus dimana sebuah versi produk dikembangkan, di tes lapangan
(field-tested), dan direvisi berdasarkan data lapangan (Gall & Borg, 1983).
Penelitian R & D merupakan jembatan penghubung antara penelitian penelitian
pendidikan dan praktik pendidikan karena tujuan utama penelitian R & D
adalah menerapkan pengetahuan (yang dihasilkan oleh penelitian pendidikan) dan
menggabungkannya menjadi sebuah produk yang dapat digunakan di sekolah (Gall
& Borg, 1983). Berbeda dengan penelitian lainnya, R & D bertujuan untuk
mengembangkan dan memvalidasi produk-produk pendidikan dengan menggunakan
langkah-langkah yang disebut siklus R&D.
Siklus ini secara umum terdiri dari kajian terhadap
temuan penelitian yang terkait dengan produk yang akan dikembangkan, uji lapangan
dalam setting sebenarnya (di mana produk tersebut akan digunakan), dan
merevisinya untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ditemukan dalam tahap
uji lapangan. Agar hasilnya lebih teliti dan tepat, siklus tersebut diulang
hingga data lapangan menunjukkan bahwa produk tersebut telah mencapai
tujuannya.
B.
Metode Penelitian
Pengembangan (Research and
Development)
Metode
Penelitian Pengembangan memuat 3 komponen utama yaitu : (1) Model pengembangan,
(2) Prosedur pengembangan, dan (3) Uji coba produk. Deskripsi dari
masing-masing komponen adalah sebagai berikut :
1) Model pengembangan
Model Pengembangan merupakan dasar untuk mengembangkan produk yang akan
dihasilkan. Model pengembangan dapat berupa model prosedural, model konseptual,
dan model teoritik. Model prosedural adalah model yang bersifat deskriptif,
menunjukkan langkah-langkah yang harus diikuti untuk menghasilkan produk. Model
konseptual adalah model yang bersifat analitis, yang menyebutkan
komponen-komponen produk, menganalisis komponen secara rinci dan menunjukkan
hubungan antar komponen yang akan dikembangkan. Model teoritik adalah model
yang menggambar kerangka berfikir yang didasarkan pada teori-teori yang relevan
dan didukung oleh data empirik.
Dalam model pengembangan, peneliti memperhatikan 3 hal:
a.
Menggambarkan Struktur
Model yang digunakan secara singkat, sebagai dasar pengembangan produk.
b.
Apabila model yang
digunakan diadaptasi dari model yang sudah ada, maka perlu dijelaskan alasan
memilih model, komponen-komponen yang disesuaikan, dan kekuatan serta kelemahan
model dibanding model aslinya.
c.
Apabila model yang
digunakan dikembangkan sendiri, maka perlu dipaparkan mengenai
komponen-komponen dan kaitan antar komponen yang terlibat dalam pengembangan.
2) Prosedur
penelitian pengembangan
Prosedur penelitian pengembangan akan
memaparkan prosedur yang ditempuh oleh peneliti/pengembang dalam membuat
produk. Prosedur pengembangan berbeda dengan model pengembangan dalam
memaparkan komponen rancangan produk yang dikembangkan. Dalam prosedur,
peneliti menyebutkan sifat-sifat komponen pada setiap tahapan dalam
pengembangan, menjelaskan secara analitis fungsi komponen dalam setiap tahapan
pengembangan produk, dan menjelaskan hubungan antar komponen dalam sistem.
Sebagai contoh Prosedur pengembangan yang dilakukan Borg dan Gall (1983)
mengembangkan pembelajaran mini (mini course) melalui 10 langkah:
a.
Melakukan penelitian
pendahuluan (prasurvei) untuk mengumpulkan informasi (kajian pustaka,
pengamatan kelas), identifikasi permasalahan yang dijumpai dalam pembelajaran,
dan merangkum permasalahan.
b.
Melakukan perencanaan
(identifikasi dan definisi keterampilan, perumusan tujuan, penentuan urutan
pembelajaran, dan uji ahli atau ujicoba pada skala kecil, atau expert judgement.
c.
Mengembangkan jenis/bentuk
produk awal meliputi: penyiapan materi pembelajaran, penyusunan buku pegangan,
dan perangkat evaluasi.
d.
Melakukan uji coba
lapangan tahap awal, dilakukan terhadap 2-3 sekolah menggunakan 6-10 subyek
ahli. Pengumpulan informasi/data dengan menggunakan observasi, wawancara, dan
kuesioner, dan dilanjutkan analisis data.
e.
Melakukan revisi terhadap
produk utama, berdasarkan masukan dan saran-saran dari hasil uji lapangan awal.
f.
Melakukan uji coba
lapangan utama, dilakukan terhadap 3-5 sekolah, dengan 30-80 subyek.
Tes/penilaian tentang prestasi belajar siswa dilakukan sebelum dan sesudah
proses pembelajaran.
g.
Melakukan revisi terhadap
produk operasional, berdasarkan masukan dan saran-saran hasil uji lapangan
utama.
h.
Melakukan uji lapangan
operasional (dilakukan terhadap 10-30 sekolah, melibatkan 40-200 subyek), data
dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dan kuesioner.
i.
Melakukan refisi terhadap
produk akhir, berdasarkan saran dalam uji coba lapangan
j.
Mendesiminasikan dan
mengimplementasikan produk, melaporkan dan menyebarluaskan produk melalui
pertemuan dan jurnal ilmiah, bekerjasama dengan penerbit untuk sosialisasi
produk untuk komersial, dan memantau distribusi dan kontrol kualitas.
Prosedur penelitian pengembangan menurut
Borg dan Gall, dapat dilakukan dengan lebih sederhana melibatkan 5 langkah
utama:
Ø Melakukan
analisis produk yang akan dikembangkan
Ø Mengembangkan
produk awal
Ø Validasi
ahli dan revisi
Ø Ujicoba
lapangan skala kecil dan revisi produk
Ø Uji
coba lapangan skala besar dan produk akhir
3). Uji Coba Model atau
Produk
Uji coba model atau produk merupakan bagian
yang sangat penting dalam penelitian pengembangan, yang dilakukan setelah
rancangan produk selesai. Uji coba model atau produk bertujuan untuk mengetahui
apakah produk yang dibuat layak digunakan atau tidak. Uji coba model atau
produk juga melihat sejauhn mana produk yang dibuat dapat mencapai sasaran dan
tujuan.
Model atau produk yang baik memenuhi 2
kriteria yaitu : kriteria pembelajaran (instructional criteria) dan
kriteria penampilan (presentation criteria).
Ujicoba dilakukan 3 kali: (1) Uji-ahli (2)
Uji terbatas dilakukan terhadap kelompok kecil sebagai pengguna produk; (3)
Uji-lapangan (field Testing).
Dengan uji coba kualitas model atau produk
yang dikembangkan betul-betul teruji secara empiris.
1. Desain Uji Coba
Ada 3 tahapan dalam uji coba produk:
a.
Uji ahli atau Validasi,
dilakukan dengan responden para ahli perancangan model atau produk. Kegiatan
ini dilakukan untuk mereview produk awal, memberikan masukan untuk perbaikan.
Proses validasi ini disebut dengan Expert Judgement atau Teknik Delphi.
b.
Analisis konseptual
c.
Revisi I
d.
Uji Coba Kelompok Kecil,
atau Uji terbatas dilakukan terhadap kelompok kecil sebagai pengguna produk.
e.
Revisi II
f.
Uji Coba Lapangan (field testing)
g.
Telaah Uji Lapangan
h.
Revisi III
i.
Produk Akhir dan
Diseminasi
2. Subyek Uji
Coba.
Subyek uji coba atau sampel untuk uji coba,
dilihat dari jumlah dan cara memilih sampel perlu dipaparkan secara jelas.
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih sampel.
a. Penentuan
sampel yang digunakan disesuaikan dengan tujuan dan ruang lingkup dan tapan
penelitian pengembangan.
b.
Sampel hendaknya
representatif, terkait dengan jenis produk yang akan dikembangkan, terdiri atas
tenaga ahli dalam bidang studi, ahli perancangan produk, dan sasaran pemakai
produk.
c.
Jumlah sampel uji coba
tergantung tahapan uji coba tahap awal (preliminary field test)
3. Jenis Data
Dalam uji coba, data digunakan sebagai
dasar untuk menentukan keefektifan, efisiensi, dan daya tarik produk yang dihasilkan.
Jenis data yang akan dikumpulkan harus disesuaikan dengan informasi yang
dibutuhkan tentang produk yang dikembangkan dan tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai. Bisa terjadi data yang dikumpulkan hanya data tentang pemecahan
masalah yang terkait dengan keefektifan dan efisiensi, atau data tentang daya
tarik produk yang dihasilkan.
Paparan data hendaknya dikaitkan dengan
desain penelitian dan subyek uji coba tertentu. Data mengenai kecermatan isi
dapat dilakukan terhadap subyek ahli isi, kelompok kecil, atau ketiganya. Dalam
Uji Ahli, data yang terungkap antara lain ketepatan substansi, ketepatan
metode, ketapatan desain produk, dsb.
4. Teknik
Pengumpulan Data dan Instrumen
Dalam pengumpulan data dapat digunakan
berbagai teknik pengumpulan data atau pengukuran yang disesuaikan dengan
karakteristik data yang akan dikumpulkan dan responden penelitian.
a.
Teknik pengumpulan data
seperti observasi, wawancara, dan kuesioner.
b.
Pengumpulan data dapat
menggunakan Instrumen yang sudah ada. Untuk ini perlu kejelasan mengenai
karateristik instrumen, mencakup kesahihan (validitas), kehandalan
(reliabilitas), dan pernah dipakai dimana dan untuk mengukur apa..
c.
Instrumen dapat
dikembangkan sendiri oleh oleh peneliti, oleh karena itu perlu kejelasan
prosedur pengembangannya, tingkat validitas dan reliabilitas.
5. Teknik analisis
data
Teknik analisis data yang digunakan
disesuaikan dengan jenis data dikumpulkan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam analisis data:
a.
Analisis data mencakup
prosedur organisasi data, reduksi, dan penyajian data baik dengan tabel, bagan,
atau grafik.
b. Data
diklasifikasikan berdasarkan jenis dan komponen produk yang dikembangkan
c. Data
dianalisis secara deskriptif maupun dalam bentuk perhitungan kuantitatif.
d. Penyajian
hasil analisis dibatasi pada hal-hal yang bersifat faktual, dengan tanpa
interpretasi pengembang, sehingga sebagai dasar dalam melakukan revisi produk.
e. Dalam
analisis data penggunaan perhitungan dan analisis statistik sejalan produk yang
akan dikembangkan.
f.
Laporan atau sajian harus
diramu dalam format yang tepat sedemikian rupa dan disesuaikan dengan konsumen,
atau calon pemakai produk.
6. Penyajian Hasil
Pengembangan
Penyajian data hasil uji coba hendaknya
komunikatif, sesuai dengan jenis dan karakteristik produk dan calon konsumen
pemakai produk. Penyajian yang komunikatif akan membantu konsumen/ pengguna
produk dalam mencerna informasi yang disajikan, dan menumbuhkan ketertarikan
untuk menggunakan model atau produk hasil pengembangan.
7. Revisi produk
a. Simpulan yang ditarik dari hasil analisis data uji coba
menjelaskan produk yang diujicobakan sebagai dasar pengam-bilan keputusan
apakah model atau produk yang dihasilkan perlu direvisi atau tidak.
b. Pengampilan keputusan untuk mengadakan revisi model atau
produk perlu disertai dengan dukungan/ pembenaran bahwa setelah direvisi model
atau produk itu akan lebih baik, lebih efektif, efisien, lebih menraik, dan
lebih mudah bagi pemakai.
c. Komponen-komponen yang perlu dan akan direvisi hendaknya
dikemukakan secara jelas dan rinci.
8. Expert Judgement
Expert Judgement atau
Pertimbangan Ahli dilakukan melalui: (1) Diskusi Kelompok (group discussion),
dan (2) Teknik Delphi.
1. Group
discussion, adalah sutau proses diskusi yang melibatkan para pakar (ahli)
untuk mengidentifikasi masalah analisis penyebab masalah, menentukan cara-cara
penyelesaian masalah, dan mengusulkan berbagai alternatif pemecahan masalah
dengan mempertimbangkan sumber daya yang tersedia. Dalam diskusi kelompok
terjadi curah pendapat (brain storming) diantara para ahli dalam
perancangan model atau produk. Mereka mengutarakan pendapatnya sesuai dengan
bidang keahlian masing-masing..
2. Teknik Delphi,
adalah suatu cara untuk mendapatkan konsensus diantara para pakar melalui
pendekatan intuitif. Langkah-Langkah penerapan Teknik Delphi dalam Uji-Ahli
dalam penelitian pengembangan adalah sebagai berikut :
a. Problem identification
and specification. Peneliti mengidentifikasi isu dan masalah yang
berkembang di lingkungannya (bidangnya), permasalahan yang melatar belakangi,
atau permasalahan yang dihadapi yang harus segera perlu penyelesaian.
b. Personal identification
and selection. Berdasarkan bidang permasalahan dan isu yang telah
teridentifikasi, peneliti menentukan dan memilih orang-orang yang ahli, manaruh
perhatian, dan tertarik bidang tersebut, yang memungkinkan ketercapaian tujuan.
Jumlah responden paling tidak sesuai dengan sub permasalahan, tingkat kepakaran
(experetise), dan atau kewenangannya.
c. Questionaire
Design. Peneliti menyusun butirbutir instrumen berdasarkan variabel yang
diamati atau permasalahan yang akan diselesaikan. Butir instrumen hendaknya
memenuhi validitas isinya (content validity). Pertanyaan dalam
bentuk open-ended question, kecuali jika permasalahan
memang sudah spesifik.
d. Sending questioner and
analisis responded for first round. Peneliti mengirimkan kuesioner pada
putaran pertama kepada responden, selanjutnya meriview instrumen
dan menganalisis jawaban instrumen yang telah dikembalikan.
Analisis dilakukan dengan mengelompokkan jawaban yang serupa. Berdasarkan
hasil analisis, peneliti merevisi instrument.
e. Development of
subsequent Questionaires. Kuesioner hasil review pada putaran pertama
dikembangkan dan diperbaiki, dilanjutkan pada putaran kedua, dan ketiga. Setiap
hasil revisi, kuesioner dikirimkan kembali kepada responden. Jika mengalami
kesulitan dan keraguan dalam merangkum, peneliti dapat meminta klarifikasi
kepada responden. Dalam teknik delphi biasanya digunakan hingga 3-5 putaran,
tergantung dari keluasan dan kekomplekan permasalahan sampai dengan tercapainya
konsensus.
f. Organization of
Group Meetings. Peneliti mengundang responden untuk melakukan diskusi
panel, untuk klarifikasi atas jawaban yang telah diberikan. Disinilah argumentasi
dan debat bisa terjadi untuk mencapai consensus dalam memberikan jawaban
tentang rancangan face-to-face contact, peneliti dapat menanyakan
secara rinci mengenai respon yang telah diberikan. Keputusan akhir tentang
hasil jajak pendapat dikatakan baik apabila dicapai minimal 70% konsensus.
g. Prepare final report. Peneliti
perlu membuat laporan tentang persiapan, proses, dan hasil yang dicapai dalam
Teknik Delphi. Hasil Teknik Delphi perlu diujicoba di lapangan dengan responden
yang akan memakai model atau produk dalam jumlah yang jauh lebih besar.
C. Model-Model Penelitian Pengembangan (Research and Development)
Terdapat beberapa jenis pengembangan dalam penelitian R &
D menurut Mulyatiningsih (2011), yaitu:
1. Pengembangan Model
1. Pengembangan Model
Model
yang dikembangkan dalam hal ini adalah model fisik yang biasa disajikan dalam
bentuk tiga dimensi, model naratif yang berwujud tulisan atau ucapan, model
grafik yang berwujud chart atau diagram yang digunakan agar informasi lebih
mudah disampaikan, dan model dalam dunia pendidikan yang bersifat konseptual.
2.
Pengembangan Tes
Model
pengembangan ini banyak dilakukan oleh orang-orang mengembangkan perangkat tes
baru untuk keperluan evaluasi atau penyusunan bank soal. Untuk menyusun bank
soal diperlukan butir soal baku yang telah teruji baik secara teoretis/
kualitastif maupun empiris/ kuantitatif.
3. Pengembangan
Data-Based Management System
Data
based management system (DBMS) menrupakan sistem penyimpanan data elektronik
dalam komputer yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
pekerjaan. Kelebihan pengarsipan data menggunakan DBMS adalah dapat menyimpan
data dalam jumlah sangat banyak dan mudah melakukan penelusuran kembali. DBMS
juga dapat menghindari pengulangan dara yang sama karena dalam DBMS tidak dapat
memasukkan data yang sama lebih dari satu kali.
4.
Pengembangan Media Audio Visual
Pengembangan
media audio visual membutuhkan dua kegiatan yaitu perancangan tampilan media
dan perancangan isi media. Perancangan isi media menurut Hackbarth melalui
Mulyatiningsih (2011: 174) meliputi tahap-tahap:
a.
memilih materi,
b.
menulis tujuan khusus perencanaan program,
c.
memilih dan mengorganisasikan isi program,
d.
membuat storyboard,
e.
menguji storyboard dengan teman sejawat dan peserta didik merevisi storyboard
berbasis pada hasil pengujian,
f.
menulis skrip secara rinci berbasis pada storyboard yang sudah lengkap,
g.
menguji dan merevisi skrip,
h.
produksi video, mencatat urutan kegiatan yang memudahkan dalam proses
pengambilan gambar, dan mengedit gambar.
Setelah
media audio visual selesai diproduksi, pengembang media masih perlu menguji
tampilan media dan efektivitas media tersebut dalam proses pembelajaran.
Pengujian pertama dilakukan oleh beberapa pakar media. Hal-hal yang diuji
meliputi tampilan gambar, suara, dan isi yang termuat dalam video. Pengujian
kedua dilakukan dengan mengukur efektivitas penggunaan media video. Selama
penggunaan video dilakukan pengamatan respon peserta didik dalam melihat
tayangan video. Setelah penayangan dilakukan pengukuran hasil belajar sesuai
dengan tujuan belajar yang dicapai.
5.
Pengembangan Sistem Pembelajaran
Tahap
pengembangan sistem pembelajaran mengembangkan komponen input, proses, dan
output. Komponen input terdiri dari karakteristik peserta didik dan guru,
sarana dan prasarana, serta perangkat pendukung pembelajaran. Komponen proses
menitikberatkan pada strategi, model, dan metode pembelajaran. Komponen output
berupa hasil dan dampak pembelajaran.
Dalam
model pengembangan ini peneliti dapat memilih salah satu komponen namun dalam
penempatannya harus mempertimbangkan komponen sistem lain. Mulyatiningsih
(2011) memberikan dua model R&D untuk pengembangan sistem pembelajaran,
yaitu 4D (Thiagarajan, 1974), ADDIE (Dick & Carrey, 1996), serta ditambah
dengan pendekatan system (systems approach)
a. 4D (Define,
Design, Develop, dan Disseminate)
Tahapan model 4D (four-D model) yang dikembangkan Thiagarajan (1974) ini meliputi tahap pendefinisian (define), tahap perancangan (design), tahap pengembangan (develop) dan tahap ujicoba (disseminate).
1) Tahap Pendefinisian (Define)
Tujuan pada tahap ini adalah menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat pembelajaran di awali dengan analisis tujuan dari batasan materi yang dikembangkan perangkatnya. Tahap ini meliputi 5 langkah pokok, yaitu:
(a) Analisis ujung depan,
(b) Analisis siswa,
(c) Analisis tugas.
(d) Analisis konsep, dan
(e) Perumusan tujuan pembelajaran.
2) Tahap Perencanaan (Design)
Tahapan model 4D (four-D model) yang dikembangkan Thiagarajan (1974) ini meliputi tahap pendefinisian (define), tahap perancangan (design), tahap pengembangan (develop) dan tahap ujicoba (disseminate).
1) Tahap Pendefinisian (Define)
Tujuan pada tahap ini adalah menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat pembelajaran di awali dengan analisis tujuan dari batasan materi yang dikembangkan perangkatnya. Tahap ini meliputi 5 langkah pokok, yaitu:
(a) Analisis ujung depan,
(b) Analisis siswa,
(c) Analisis tugas.
(d) Analisis konsep, dan
(e) Perumusan tujuan pembelajaran.
2) Tahap Perencanaan (Design)
Tahap
ini bertujuan untuk menyiapkan prototipe perangkat pembelajaran. Tahap ini
terdiri dari empat langkah yaitu,
(a)
Penyusunan tes acuan patokan, merupakan langkah awal yang menghubungkan antara
tahap define dan tahap design. Tes ini merupakan suatu alat mengukur terjadinya
perubahan tingkah laku pada diri siswa setelah kegiatan belajar mengajar,
(b)
Pemilihan media yang sesuai tujuan, untuk menyampaikan materi pelajaran,
(c)
Pemilihan format, yaitu misalnya dapat dilakukan dengan mengkaji format-format
perangkat yang sudah ada dan yang dikembangkan di negara-negara yang lebih
maju.
3)
Tahap Pengembangan (Develop)
Tahap
ini dilakukan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran yang sudah direvisi
berdasarkan masukan dari pakar. Tahap ini meliputi:
(a)
validasi perangkat oleh para pakar diikuti dengan revisi,
(b)
simulasi yaitu kegiatan mengoperasionalkan rencana pengajaran, dan
(c)
uji coba terbatas dengan siswa yang sesungguhnya.
Hasil
tahap (b) dan (c) digunakan sebagai dasar revisi. Langkah berikutnya adalah uji
coba lebih lanjut dengan siswa yang sesuai dengan kelas sesungguhnya.
4)
Tahap penyebaran (Disseminate)
Tujuan
dari tahap ini adalah
a)
mengetahui penggunaan perangkat yang telah dikembangkan pada skala yang lebih
luas misalnya di kelas lain, di sekolah lain, oleh guru yang lain, dan
b)
menguji efektivitas penggunaan perangkat di dalam KBM.
b.
ADDIE (Analysis-Design-Develop-Implement-Evaluate)
Model
ADDIE dikembangkan pada tahun 1990-an oleh Reiser dan Mollenda bersifat lebih
generik. Model ADDIE dideskripsikan sebagai berikut.
1.
Tahap Analysis model, mencakup: penilaian kebutuhan,
identifikasi tujuan, tugas, konteks, tujuan, dan analisis keterampilan;
2.
Tahap Design mencakup pengembangan tujuan, item tes , dan
strategi pembelajaran;
3.
Tahap Development meliputi persiapan bahan pengajaran;
4.
Tahap Implementation meliputi kegiatan dalam mendukung
pengiriman instruksi
5.
Tahap Evaluation mencakup formatif dan evaluasi dumatif
Hasil akhir dari tahap ini adalah
laporan evaluasi dan revisi dari masing-masing tahap untuk digunakan sebagai
acuan revisi masing-masing tahapan serta umpan balik secara keseluruhan dari
yang telat dibuat.
c.
Pendekatan Sistem (Systems Approach Model)
Selain
kedua model diatas, ada pula model Pendekatan Sistem (Systems Approach Model)
yang dikemukakan oleh Dick, Carey dan Carey (2001, dalam Gall, Gall, &
Borg: 2003). terdapat 10 tahapan dalam model ini, yaitu:
1)
Identifikasi Tujuan (Assess needs to identify instructional goal(s). Tahap
ini adalah menentukan tujuan dari pembuatan model/program pembelajaran tersebut
(setelah pembelajar menyelesaikan program instruksional). Tujuan instruksional
dapat diturunkan dari daftar tujuan, analisis kinerja (performance analysis),
penilaian kebutuhan (needs assessment), pengalaman praktis dengan kesulitan
belajar pembelajar, analisis orang-orang yang melakukan pekerjaan (Jobs
Analysis).
2)
Melakukan Analisis Instruksional (Conduct Instructional Analysis) Dalam tahap
ini dilakukan klasifikasi tujuan pembelajaran, penentuan langkah-demi-langkah
apa yang dilakukan orang ketika mereka melakukan tujuan tersebut (mengenali
keterampilan bawahan / subordinat)serta penentuan keterampilan, pengetahuan,
dan sikap, yang dikenal sebagai perilaku masukan (entry behaviors) yang
diperlukan peserta didik untuk dapat memulai Instruksional.
3) Analisis Pembelajar dan Lingkungan (Analyze Learners and Contexts) Dalam tahap ini dilakukan analisis pembelajar, analisis konteks tempat pembelajaran dan penggunaan, di mana mereka akan belajar, dan analisis konteks di mana mereka akan menggunakannya. Keterampilan pembelajar, pilihan, dan sikap yang telah dimiliki pembelajar akan digunakan untuk merancang strategi instruksional.
4) Merumuskan Tujuan Kinerja (Write Performance Objectives) Tujuan kinerja dirumuskan dari dari keterampilan yang diidentifikasi dalam analisis Instruksional. Dari tujuan ini, dapat diidentifikasi keterampilan yang harus dipelajari, kondisi di mana keterampilan yang harus dilakukan, dan kriteria keberhasilan kinerja.
5) Pengembangan Tes Acuan Patokan (Develop Assessment Instruments). Pada langkah ini dikembangkan butir-butir penilaian yang sejajar (tes acuan patokan) untuk mengukur kemampuan siwa seperti yang diperkirakan dari tujuan.
6) Pengembangan Strategi Pembelajaran (Develop Instructional Strategy). Bagian-bagian siasat Instruksional menekankan komponen untuk mengembangkan belajar pebelajar termasuk kegiatan pra-instruksional, presentasi isi, partisipasi peserta didik, penilaian, dan tindak lanjut kegiatan.
7) Pengembangan dan Pemilihan Materi Pembelajaran (Develop and Select Instructional Materials). Materi pembelajaran bisa berupa panduan guru, modul, transparansi OHP, kaset video, komputer berbasis multimedia, dan halaman web.
8) Merancang dan Melaksanakan Penilaian Formatif (Design and Conduct Formative Evaluation of Instruction). Ada tiga jenis evaluasi formatif yaitu penilaian satu-satu, penilaian kelompok kecil, dan penilaian uji lapangan. Setiap jenis penilaian memberikan informasi yang berbeda bagi perancang untuk digunakan dalam meningkatkan pembelajaran.
9) Revisi Instruksional (Revise Instruction). Strategi pembelajaran ditinjau kembali dan akhirnya semua pertimbangan ini dimasukkan ke dalam revisi untuk membuatnya efektif.
10) Merancang dan Melaksanakan Evaluasi Sumatif (Design And Conduct Summative Evaluation). Hasil-hasil pada tahap di atas dijadikan dasar untuk menulis perangkat yang dibutuhkan. Hasil perangkat selanjutnya divalidasi dan diujicobakan di kelas/ diimplementasikan di kelas dengan evaluasi sumatif. Penggunaan model Dick and Carey dalam pengembangan suatu mata pelajaran dimaksudkan agar
1.
pada awal proses pembelajaran anak didik atau siswa dapat
mengetahui dan mampu melakukan hal–hal yang berkaitan dengan materi pada akhir
pembelajaran,
2. adanya pertautan antara tiap
komponen khususnya strategi pembelajaran dan hasil pembelajaran yang
dikehendaki,
3. menerangkan langkah–langkah yang
perlu dilakukan dalam melakukan perencanaan desain pembelajaran.
D.
Prosedur Penelitian Pengembangan (Research and
Development)
Menurut Sugiyono (2008: 409-426) secara
umum langkah-langkah sebagai berikut
:
- Identifikasi masalah Pada
tahap ini masalah yang diidentifikasi merupakan sesuatu yang bila
didayagunakan akan memiliki nilai tambah. Masalah yang diperoleh harus
sesuai dengan data empirik yang bisa berdasarkan laporan penelitian orang
lain, atau dokumentasi laporan penelitian orang lain, atau dokumentasi
laporan kegiatan dari perorangan atau instansi yang terbaru.
- Mengumpulkan informasi Setelah
masalah dapat ditunjukkan secara faktual dan terbaru, maka selanjutnya
dikumpulkan berbagai informasi yang digunakan sebagai perencanaan produk
tertentu yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut dan memerlukan
metode penelitian tersendiri.
- Desain produk Produk yang
dihasilkan dalam penelitian R & D bermacam-macam. Desain produk dapat
diwujudkan dalam bentuk gambar atau bagan, sehingga dapat digunakan
sebagai pegangan untuk menilai dan membuatnya. Atau dalam bentuk sistem
yang disertai dengan penjelasan mekanisme penggunaan sistem, cara kerja,
serta kelebihan dan kekurangannya.
- Validasi desain Proses ini
merupakan kegiatan untuk menilai apakah rancangan produk secara rasional
akan lebih efektif daripada yang lama atau tidak. Dikatakan secara
rasional karena dalam proses ini masih bersifat penilaian berdasarkan
pemikiran rasional belum termasuk fakta lapangan. Penilaian ini dapat
dilakukan dengan cara mendatangkan para ahli yang berpengalaman untuk
menilai produk tersebut sehingga selanjutnya diketahui kelemahan dan
kekuatannya dalam sebuah forum diskusi. Misalnya saja pada penelitian
pengembangan model dan perangkat pembelajaran tim ahli yang dimaksud
adalah pakar teknologi pemebelajaran, pakar bidang studi pada mata
pelajaran yang sama, dan pakar evaluasi pembelajaran.
- Perbaikan desain Setelah
diketahui kelemahan dari produk tersebut dilakukanlah percobaan untuk
perbaikan desain. Yang bertugas untuk memperbaiki desain adalah peneliti
yang mau menghasilkan produk tersebut.
- Uji coba produk Uji coba
produk tahap awal dilakukan dengan simulasi penggunaan produk tersebut.
setelah disimulasikan maka dapat diujicobakan pada kelompok terbatas.
Pengujian dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi apakah
produk tersebut lebih efektif dibandingkan produk yang lama.
- Revisi produk Revisi produk
dilakukan karena uji coba yang dilakukan masih terbatas sehingga tidak
mencerminkan situasi dan kondisi yang sesungguhnya, dalam uji coba
ditemukan kelemahan dan kekurangan produk yang dikembangkan, dan data
untuk produk dapat dijaring melalui pengguna produk.
- Uji coba pemakaian Setelah
direvisi produk tersebut akan diterapkan pada kelompok yang lebih luas.
Dalam uji coba ini produk tetap harus dinilai kekurangan dan hambatannya
yang muncul guna perbaikan lebih lanjut.
- Revisi produk tahap akhir
Apabila dalam pemakaian produk pada kelompok yang lebih luas terdapat
kekurangan, maka pembuat produk harus mengevaluasi kembali bagaimana
kinerja produk. Dari hasil evaluasi produk tersebut dapat dijadikan untuk
penyempurnaan dan pembuatan produk baru lagi.
- Pembuatan produk massal Tahap
ini merupkana tahap akhir dari penelitian R & D.
Bila produk
tersebut telah dinyatakan efektif dalam beberapa kali pengujian maka produk
tersebut dapat diterapkan pada kelompok massal dengan membuat produk massal.
Validitas dan reliabilitas dalam penelitian ini dapat diperoleh melalui expert
judgment dengan teknik-teknik seperti yang dilakukan dalam penelitian survey,
quasi-experiment, action research, dsb.
Komentar
Posting Komentar