Cerpen "Dibalik Duniaku yang Sunyi"

Di Balik Duniaku yang Sunyi
Oleh : Laili Nilam
Kesunyian adalah dunianya yang selalu ia jalani dengan senyuman tanpa mengeluh walaupun tak banyak orang yang mengelilinginya. Ia mengalami gangguan pendengaran sejak  lahir. Orang tuanya yang hanya bekerja serabutan tak mampu memberi fasilitas yang seharusnya ia miliki untuk mempermudahnya dalam beraktifitas. Ia anak yang baik, tak pernah mengeluh dan menuntut lebih kepada orang tuanya untuk memenuhi setiap kebutuhannya.
**
Siang itu mentari berubah menjadi sosok yang menakutkan bagi setiap orang yang beraktifitas. Hal tersebut terlihat dari keringat yang tak bisa lagi terbendung dan meluap membanjiri tubuh seorang anak yang sedang beristirahat dibawah pohon beringin yang rindang, tubuh mungil dengan balutan baju kusut itu terlihat begitu  lelah. Disaat yang bersamaan juga terlihat sesosok wanita muda, cantik dan  berbalut  jilbab menghampiri anak tersebut dengan langkah yang begitu lembut.
“ Boleh ikut duduk” suara merdu pun mengiringi langkah kaki tersebut.
Tapi tak ada jawaban yang terdengar dari anak kecil tersebut, tetapi saat wanita tersebut mendekat, Hanya wajah polos yang melempar senyum.  Akhirnya sosok wanita cantik tersebut hanya bisa membalas dengan senyuman pula dan terselip rasa penasaran dihatinya. Untuk kedua kalinya wanita cantik itu bertanya
“ Adik namanya siapa??” tanya wanita itu dengan lembut.
“ Saya???” sahut anak itu dengan nada yang tidak begitu jelas dan sedikit isyarat karena kekurangan yang dimiliki setelah melihat kearah wanita cantik tersebut.
“ Maaf saya tidak bisa dengar apa yang kakak bicarakan, jadi saya hanya bisa membaca bibir kakak saat berbicara, sekali lagi maaf ya kak”   sambung anak tersebut dengan nada yang tidak begitu jelas pula.
“ kakak yang minta maaf dik, sekali lagi maaf ya dek!!” jawab wanita cantik itu dengan lebih memberi penekanan ucapan disetiap katanya agar anak tersebut bisa memahami apa yang ia katakan, anak itu pun hanya menjawab dengan anggukan.
setelah mereka berbincang-bincang cukup lama terdengar suara seorang ibu yang sedang memanggil-manggil nama anaknya, dengan ekspresi yang begitu bahagia. Dan saat ibu itu mendekat kearah wanita cantik itu, baru wanita itu menyadari bahwa anak yang sedang berada disamping saya adalah anaknya. Dengan suara yang bahagia ibu tersebut pun memperlihatkan sebuah benda yang dibawanya
“ Nak, ibu baru saja memperoleh buku bekas ini saat ibu menbongkar-bongkar tempat sampah disana tadi “ ucap ibu tersebut dengan mata yang sedikit berkaca-kaca karena bahagia.
” Iya bu, aku ingin melihatnya “ jawab anak tersebut dengan raut wajah yang begitu bahagia pula.
Anak tersebut pun langsung melangkah kearah ibunya untuk mengambil buku tersebut, yang jika dilihat buku tersebut sudah tidak layak untuk digunakan karena sudah terlihat kotor dan ada beberapa bagiannya yang sobek-sobek. Tetapi mereka terlihat bahagia melihat buku yang tidak seberapa tersebut.
” Mari berteduh dulu bu, istirahat sebentar “ ucap wanita cantik itu menyapa ibu anak tersebut yang terlihat cukup lelah.
“ Iya neng, makasih” jawab ibu tersebut sembari mengistirahatkan tubuhnya yang sudah lelah dibawah pohon itu pula.
Mereka pun berbincang-bincang dengan diiringi suara angin yang berembus begitu merdu dan tarian daun-daun pohon yang begitu gemulai. Dan tanpa sengaja terucap kalimat yang seketika membuat wajah ibu tersebut berubah dari yang bahagia menjadi sedih dan air matanya yang tak terbendung menetes diatas pipinya yanng sudah mulai keriput itu.
“ Anak ibu sekarang sekolah kelas berapa??”  itulah pertanyaan yang membuat suasana menjadi berubah.
“ Anak saya tidak sekolah neng “ jawab ibu tersebut setelah beberapa saat terdiam dan meneteskan air mata.
“ Maaf bu, saya sudah lancang bertanya kepada ibu sesuatu yang seharusnya tidak saya ucapkan” lanjut wanita tersebut dengan penuh bersalah.
“ Tidak apa-apa neng, tidak ada yang salah dari pertanyaan eneng, wajar neng tanya seperti itu, memang seharusnya anak ibu masih harus sekolah tapi biaya yang memang tak memungkinkan anak ibu bisa sekolah seperti anak yang seusianya” jawab ibu tersebut dengan diselimuti perasaan yang sedih.
” Sekali lagi saya minta maaf bu, anak ibu sepertinya mempunyai keinginan yang begitu kuat untuk sekolah “ sahut wanita tersebut setelah melihat anak tersebut dengan begitu sigapnya membaca buku yang didapat ibunya.
“ Iya neng, anak ibu memang ingin sekali sekolah, dia suka sekali membaca buku ataupun koran yang setiap kali kita dapat dari mulung. Ibu juga sempat menawarkannya untuk bersekolah di SDLB yang berada tidak jauh dari rumah tapi dia menolak karena tidak mau membebani ibu dengan biaya sekolah yang mahal, untuk makan saja kami tidak pasti, jadi dia pun menolak sekolah karena takut membebani ibu dan bapaknya” jawab ibu sambil menagis karena tidak sanggup menahan lagi perasaan yang begitu sedih.
“ Anak ibu memang anak yang baik bu “ sahut wanita cantik ini.
“ Iya neng, makanya sekarang dia bantu ibu mulung cari uang, kalau kebetulan dapat uangnya lebih dari biasanya anak ibu selalu menyisihkan sedikit uang untuk ditabung agar kelak setelah uangnya terkumpul cukup banyak dia bisa daftar sekolah neng” jawab itu tersebut sembari melihat kearah anaknya yang sedang asik membaca buku yang didapat ibunya.
**
Wanita cantik itu pun merenung dan terdiam dibawah pohon itu setelah mendengar cerita ibu tersebut, anak yang sekecil itu bisa memiliki hati yang begitu besar untuk membantu meringankan beban kedua orang tuanya, walaupun dengan keterbatasan yang dia miliki. Dia pun tetap mempunyai keinginan untuk bersekolah tanpa membebani orang tuanya dengan mengumpulkan sedikit demi sedikit uang asil memulung. Rasa ingin tahunya pun sangat besar, itu terlihat dari ekspresi yang ia tunjukkan saat mengetahui ibunya menemukan buku bekas tersebut. Terbesit tanya dihati “Bagaimana bisa anak sekecil itu bisa berfikir dewasa. Sedangkan aku yang selama ini mendapat fasilitas yang memadai dari orang tua masih sering melalaikan tugas dan kewajibanku untuk menutut ilmu.”
Anak tersebut pun tiba-tiba mendekatiku dan menunjukkan sebuah gambar seorang guru yang sedang mengajar muridnya yang terdapat dalam buku tersebut.
“ Kak, ini cita-citaku” ucap anak tersebut dengan nada yang tidak begitu jelas dan sambil mengamati gambar tersebut dengan serius.
“ Oh, adik ingin jadi guru???” tanyaku balik dengan wajah penuh kagum pada anak tersebut.
“ Iya kak, aku ingin menjadi guru agar bisa berbagi ilmu dengan anak yang serba kekurangan  seperti saya ini” jawabnya dengan begitu polos.
Hati wanita itu pun semakin tidak karuan, mendengar cita-cita mulia dari anak sekecil itu, Banyak pelajaran yang dapat aku ambil dari pertemuan singkatnya dengan anak kecil itu, Disitu wanita itu baru sadar bahwa masih banyak orang diluar sana yang ingin sekali sekolah tetapi belum bisa mendapatkan keingiannya untuk sekolah, dia yang termasuk anak Indonesia yang beruntung bisa mengarasakan kebahagiaan dibangku sekolah tapi masih saja selalu merasa kurang dengan apa yang dia dapat selama ini. Terima kasih tuhan, rasa untuk selalu bersyukur pun bisa tertanam, engkau telah memberikan hambamu ini pengalaman singkat dengan anak dan orang tua yang begitu hebat hari ini.
**
Selalu bersyukur dan tidak menyia-nyiakan apapun yang tuhan beri itu sangat perlu disadari oleh setiap anak-anak Indonesia yang beruntung mendapat pendidikan yang begitu berharga. Dan segala kekurangan bukan menjadi alasan kita untuk tidak mencari ilmu, karena ilmu bukan hanya didapat dari sekolah tetapi juga pengalaman hidup kita juga.

- SELESAI -

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DESAIN BIG BOOK "TUBUHKU"

DESAIN MINI BOOK

“Penelitian Pengembangan (Research and Development)”